Menurut Imam Ghazali, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
seseorang jika ia ingin menjadi guru. Di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Cerdas.
Seorang yang dapat diserahi tugas mendidik atau menjadi guru haruslah
orang yang cerdas dan sempurna akalnya, baik akhlaknya, dan kuat
fisiknya. Dengan akal yang sempurna atau cerdas, maka guru dapat
mengajar muridnya dengan benar dan mendalam. Sementara itu, dengan
akhlak yang baik, maka guru dapat menjadi contoh. Sedangkan dengan fisik
yang kuat, maka guru dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan
efektif.
2. Penuh Kasih Sayang.
Jika mengajar merupakan keahlian dan profesi, maka sifat terpenting yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah rasa kasih sayang. Dengan sifat
ini, maka seorang guru dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada murid.
Dengan kasih sayang dan rasa percaya diri yang tinggi, maka akan
tercipta situasi yang kondusif bagi murid untuk semakin giat dan rajin
belajar.
3. Diniatkan Sebagai Ibadah.
Meskipun untuk ukuran saat ini sudah jarang berlaku, namun tidak ada
salahnya jika kita memikirkan pendapat Imam Ghazali yang mengatakan
bahwa mengajarkan ilmu itu pada dasarnya merupakan kewajiban agama bagi
setiap orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Karena itu, tidaklah pantas
bagi seorang guru jika harus menuntut upah atau gaji atas jerih payah
mengajarnya itu. Mungkin, faktor ini sudah tidak berlaku lagi pada saat
sekarang. Tetapi makna yang penting dan harus kita pahami adalah jangan
sampai anda kurang tulus dan kurang semangat untuk mengajar hanya karena
masalah upah atau gaji. Karena itu, niatkanlah mengajar itu sebagai
bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sehingga kita akan tetap bisa mengajar
dengan baik, meski dengan upah yang sangat kecil.
4. Menyesuaikan Dengan Kemampuan Murid.
Seorang guru yang bertanggung jawab tidak akan membiarkan muridnya
mempelajari materi yang lebih tinggi sebelum mereka menguasai pelajaran
sebelumnya. Dan, seorang guru juga tidak boleh mengajarkan sesuatu yang
melebihi batas kemampuan murid dalam mencerna dan menerima pelajaran
tersebut. Selain itu, guru juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu
tanpa peringatan kepada murid bahwa tujuan pengajaran itu adalah
mendekatkan diri kepada Tuhan, memperbaiki diri, dan untuk mengabdi.
Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan, dan
pertengkaran dengan sesama guru lainnya agar tidak menimbulkan kesan
negatif bagi murid-muridnya.
5. Penuh Simpati.
Pada saat mengajar, seorang guru hendaknya menggunakan cara yang
simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian, dan
lain sebagainya. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya jangan
meng-ekspose atau menyebar-luaskan kesalahan murid di depan umum. Sebab,
cara itu dapat menyebabkan murid memiliki jiwa yang keras, menentang,
membangkang, dan memusuhi gurunya. Dan, jika keadaan ini terjadi maka
dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya
pengajaran yang baik.
6. Menjadi Teladan.
Seorang guru harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik
dihadapan murid-muridnya. Karena itu, kita harus bersikap toleransi dan
mau menghargai keahlian orang lain, meskipun itu adalah murid kita
sendiri. Dan kita hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahlian
atau spesialisasi kita di depan murid, meskipun secara pribadi kita
memang benar-benar tidak menyukai ilmu atau pelajaran tersebut.
7. Memahami Kemampuan Murid.
Seorang guru yang bertanggung jawab juga mampu memahami dengan baik
perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan murid. Juga memahami bakat,
tabiat, dan kejiwaan murid sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.
Hendaknya guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit kepada murid yang
kemampuannya kurang. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat menimbulkan
rasa kurang senang, gelisah, dan ragu-ragu pada murid.
8. Memiliki Komitmen Tinggi.
Sebagai guru, kita harus berpegang teguh pada prinsip yang kita ucapkan,
dan berupaya untuk merealisasikannya sebaik mungkin. Imam Ghazali
mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Jika hal itu
dilakukan, maka akan menyebabkan ia kehilangan wibawanya. Ia akan
menjadi sasaran penghinaan dan ejekan, yang pada gilirannya akan
menyebabkan kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak
akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
murid-muridnya.
Demikian pendapat Imam Ghazali yang perlu kita renungkan untuk menjadi sosok guru favorit.
Diambil dari : Buku "Tuntunan Menjadi Guru Favorit", Penulis : Salman Rusydie. Hal. 168-172.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar